Akar dari Sebuah Nama: "Duwet"
Menurut hikayat yang diwariskan turun-temurun, nama Desa Duwet berasal dari anugerah alam. Dahulu kala, wilayah ini adalah bagian dari hutan lebat di mana pohon-pohon Duwet (Jamblang) tumbuh subur, menjadi sumber kehidupan dan penanda bagi para perintis. Buahnya yang ungu legam menjadi simbol kesuburan, dan namanya pun diabadikan menjadi identitas abadi desa kami.
Sang Perintis: Ki Ageng Duwet

Meskipun catatan tertulis terbatas, legenda desa menyebut nama Ki Ageng Duwet sebagai tokoh sentral yang memimpin sekelompok masyarakat untuk melakukan babad alas (membuka hutan) di wilayah ini. Dengan kebijaksanaan dan keberaniannya, beliau tidak hanya membuka lahan untuk pemukiman, tetapi juga menanamkan nilai-nilai dasar gotong royong dan spiritualitas yang hingga kini menjadi pondasi kehidupan masyarakat Desa Duwet. Sosoknya dihormati sebagai cikal bakal dan inspirasi bagi desa.
Linimasa Perkembangan Desa Duwet
Era Awal (Abad ke-16 - 18)
Wilayah Duwet mulai dihuni sebagai komunitas agraris kecil di bawah pengaruh Kerajaan Pajang dan Mataram. Kehidupan berpusat pada pertanian padi dan pemanfaatan hasil hutan.
Masa Kolonial (Abad ke-18 - 1945)
Struktur pemerintahan desa mulai terbentuk secara formal di bawah administrasi Hindia Belanda. Masyarakat menghadapi tantangan ekonomi namun tetap menjaga tradisi dan ketahanan pangan melalui lumbung desa.
Era Kemerdekaan (1945 - 1990)
Semangat nasionalisme mendorong pembangunan. Infrastruktur dasar seperti sekolah dan jalan mulai dibangun secara gotong royong. Desa Duwet secara resmi menjadi bagian dari Kabupaten Sukoharjo.
Era Modern & Kemandirian (1990 - Sekarang)
Desa Duwet mengalami percepatan. Potensi kuliner Nasi Liwet mulai dikenal luas dan menjadi ikon ekonomi. Pembangunan pariwisata seperti Duwet Waterpark menandai langkah desa menuju era kemandirian yang lebih modern dan sejahtera.